Kepekaan Pada Titik 26

Readers.. 🙂

Pukul 6 sore pada saat saya mulai mengetik untuk postingan kali ini. Saya masih di kantor, seperti biasa. Harusnya saya mengerjakan proposal untuk seminar politik kerjasama kantor saya dengan sebuah surat kabar. Acaranya akan diadakan 16 Desember nanti. Tepat Beberapa hari setelah roadshow 5 kota saya selesai. But well, saya memilih untuk menulis di blog ini saja. Pusing-pusing saya belum hilang. Kadang memang hilang, tapi cuma sebentar-sebentar saja. Saya sempat ke dokter kantor dan diberi obat untuk menaikkan tekanan darah. Nama obatnya ATP. Harus saya minum sehari sekali.

Okay. 25 Oktober lalu adalah hari Ulang Tahun saya ke 26. Many things happen surely memaknai pergantian usia saya. Termasuk hal-hal yang membuat saya tambah menyadari banyak konsekwensi yang harus saya jalani berkaitan dengan memutuskan menjadi seseorang yang tidak lagi cuek seperti beberapa tahun yang lalu.

Saya semakin menyadari bahwa “menghaluskan” hati dan perasaan berdampak sangat besar pada keseharian saya, cara bersikap saya juga cara menyikapi orang lain. Yup, Kali ini saya banyak belajar tentang perasaan-perasaan baru yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Perasaan lebih peka. Lebih peka terhadap segala hal di sekeliling saya.

Menjadi peka a.k.a tidak cuek kadang membuat saya lelah. Ketika itulah pembelajaran tentang menyeimbangkan muncul. Kepekaan hati juga butuh diseimbangkan. Bagaimana bisa mengerti perasaan orang lain dengan tidak mengabaikan perasaan kita sendiri. As simple as that?? Yea, you told me about it. Hahahaha.

Kepekaan terhadap profesi yang sekarang saya tekuni. Nyatanya menjadi Public Relations bukan sekedar profesi semata. Bagi saya menjadi seorang PR merupakan panggilan jiwa. Lalu menjadi PR disebuah perusahaan BUMN a.k.a “milik negara” merupakan jalan hidup. Jalan hidup yang saya pilih sendiri. Berhubungan dengan birokrasi, politik, intrik, Hahhh… Kepekaan juga diasah dengan hal-hal tersebut.


Readers.. Alhamdulillah saya sungguh merasa terberkahi dengan kehadiran orang-orang disekeliling saya. Tak lepas dari kadang mereka membuat saya kesal dan kadang juga saya yang membuat mereka kesal. Human, rite?! 😉
Mengingat itu membuat saya menundukkan kepala sejenak, memejamkan mata, kemudian memohon, “Allah, tolong bantu saya untuk dapat menikmati semuanya, yang saya miliki dan tidak saya miliki dengan segenap hati saya.. Amin.”

Dan untuk Adek. Saya cuma ingin bilang terimakasih banyak untuk semuanya tanpa kecuali. Kamu membuat saya belajar tentang banyak hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya 🙂 Terimakasih untuk tetap menjadi bagian dari hidup saya 🙂 I’m a lucky Big Sist :-* Adek, kamu berarti banyak bagi saya 🙂

Readers, i have to stop rite now. My job is calling me. Thank you for reading, thank you for stop by 🙂 Eh iya, Selamat Hari Sumpah Pemuda para Pemuda Indonesia!! Mari kita bangun Indonesia bersama-sama!! Yeayy!! 😉
Oktaviani, Pamit!

^_^