Seperti yang aku bilang diposting sebelumnya. Selain Bali, aku terbayang akan Yogyakarta. Apa yang terbayang di kepala kamu waktu aku bilang Yogya? Keraton? Malioboro? Atau apa?
Bagiku Yogya berarti keramahan. I do feels like home in Yogya. Buat yang mau belajar jadi backpacker, Yogya is the right place. Kenapa? Karena menurut pengalamanku orang-orang di sana akan membantu kamu menemukan apapun yang kamu perlukan, seperti hotel, tempat makan, tempat membeli oleh-oleh dan itu tanpa memanfaatkanmu.
Bila mengunjungi Yogya bukan untuk tujuan pekerjaan, sepertinya saya akan lebih memilih kereta api sebagai alat transportasi. Kalau naik pesawat kita disuguhi pemandangan langit biru dan awan, kalau naik kereta api sawah yang menghampar akan menghiasi pandangan kita. Setelah sampai di Stasiun Tugu, Yogya akan banyak tukang becak yang menawarkan becaknya untuk mengantar kita. Umm.. kalau memang ingin menginap di Malioboro dan sekitarnya kalau aku sih lebih pilih jalan kaki menuju hotel atau penginapan. Ketika kamu berjalan akan tetap banyak tukang becak yang mencoba menawarkan becaknya pada kamu. Tolak saja dengan ramah, mereka juga nggak akan gimana-gimana kok.
Tapi kalau memang mau naik becak juga nggak apa-apa sih. Kalau masih buta tentang Yogya jangan ragu buat bertanya entah sama abang becaknya atau sama siapapun yang menurut “insting” kamu enak buat ditanya. Hehehe. Seperti yang aku bilang diawal. Yogya itu tempat dimana keramahan menjadi auranya. Jadi menurut pengalamanku sih dengan bantuan orang-orang Yogya kamu akan dengan mudah menemukan tempat menginap yang kamu suka.
Di sekitar Malioboro akan banyak ditemui hotel atau penginapan dengan harga mulai dari 60 ribuan perkamar. Biasanya yang seharga itu tipe kamar benar-benar standar. Nggak ada AC dan TV. Yang tingkatan medium kira-kira 90ribuan. Kalau yang lengkap dengan AC dan TV kira-kira sekitar 160ribuan keatas. 200 ribu sudah bisalah untuk dapat kamar hotel diatas lumayan. Tapi kan kalau mau jadi backpacker harus bisa ngirit budget. Jadi aku pikir nggak usah pakai kamar yang harganya terlalu mahal dulu yah.
Untuk menghabiskan malam di Yogya jangan membayangkan cafe – cafe atau mall. Khas malam
di Yogya adalah anak muda dan angkringan. Angkringan itu tempat makan yang di gelar di pinggir jalan, menggantikan orang-orang yang berjualan pakaian, tas-tas, atau souvenir-souvenir Yogya lainnya yang ada dikala siang. Makanannya sejenis-jenis nasi kucing. Enak kok! Di Yogya juga sudah banyak tempat makan yang ada fasilitias WiFinya. Asyik kan tuh?! Meskipun keluar malam dengan berjalan kaki, aku merasa nggak takut. Meski aku nggak kenal banyak orang di Yogya, meski waktu itu aku pernah ke Yogya hanya berdua dengan sahabatku, tapi aku nggak merasa takut. Karena sekali lagi aku bilang ya, Yogya seperti menawarkan aura keramahan yang tak ada habisnya.
Kalau misalnya nggak sempet ke Beringharjo, ada Mirota Batik yang juga menyediakan berbagai macam oleh-oleh. Mulai dari pakaian, kain, souvenir-souvenir. Harganya juga masih terjangkau. Kalau mau beli oleh-oleh makanan seperti bakpia, bisa loh tinggal minta tolong abang becak buat nganter ke tokonya. Bisa juga minta becaknya nunggu jadi buat balik ke tempat menginap nggak perlu susah. Beringharjo maupun Mirota Batik masih berada di dalam area Malioboro.
Mengunjungi alun-alun Keraton Yogya pada waktu malam juga boleh dicoba. Sambil menikmati sekuteng yang bisa menghangatkan badan. Kalau mau bermain dengan tantangan kecil, cobalah berusaha melewati dua beringin besar di tengah alun-alun dengan menutup mata. Jarang loh ada orang dewasa yang bisa. Kalau anak kecil katanya sih banyak yang bisa karena mereka masih polos.
Hmm.. Yogyakarta.. Jadi kangen dengan Yogya nih aku. Ingin merasakan aura keramahan Yogya.
I love Yogya, I love Bali, but one for sure, I really in love with my beautiful Indonesia! See ya on the next post folks! 😉