Coming Soon Moment

For a coming soon moment. Which is supposed to be a good moment to celebrate.

Why I have this “worry” feeling..

Why I have this “afraid” feeling..

Trying to deny those feelings over and over, but finally I just… can’t.

 

For a coming soon moment.

Moment that I should pretending. Not to be me and my self.

Moment that I’m afraid of losing you around me.

Moment that deep inside my heart I don’t wanna be without you.

 Image

For a coming soon moment.

Dear Allah.

Still.

I do feel grateful. I’m here.

Many thanks for everything you already give me.

 

For a coming soon moment.

Dear Allah.

I can’t deny.

Fear and worry does exist.

Do You (Still) Believe That People Can Flying Without Wings?

Open your eyes widely. There’s so many things that can make us feel what we call as happiness.

Maybe for all this time, we didn’t realize many people around us do simple things which can make us flying without wings.

Maybe for all these years, we can’t see, either in any part of this world, many human trying to do something good, sincere, regardless of skin color, blood ties, or religion.

Do you still believe that compassion and love which wrapped sincerity still exist around us?

Do you (still) believe it? Do you wanna be part of it?

Do you (still) believe that we (still) can find that special thing, that make us able to flying without wings?

“Flying Without Wings”

Everybody’s looking for a something
One thing that makes it all complete
You’ll find it in the strangest places
Places you never knew it could beSome find it in the face of their children
Some find it in their lover’s eyes
Who can deny the joy it brings
When you’ve found that special thing
You’re flying without wingsSome find it sharing every morning
Some in their solitary lives
You’ll find it in the words of others
A simple line can make you laugh or cryYou’ll find it in the deepest friendship
The kind you cherish all your life
And when you know how much it means
You’ve found that special thing
You’re flying without wingsSo, impossible as it may seem
You’ve got to fight for every dream
‘Cause who’s to know which one you let go
Would have made you complete

Well, for me it’s waking up beside you
To watch the sunrise on your face
To know that I can say I love you
At any given time or place

It’s little things that only I know
Those are the things that make you mine
And it’s like flying without wings
‘Cause you’re my special thing
I’m flying without wings

And you’re the place my life begins
And you’ll be where it ends

I’m flying without wings
And that’s the joy you bring
I’m flying without wings

 

Sesungguhnya Aku

Sesungguhnya..

Aku tidak butuh gelang, kalung, atau apapun yang dapat kamu pakaikan kepadaku.

Aku tidak butuh oleh-oleh dari segala penjuru tempat di dunia.

Aku tidak butuh barang-barang yang aku ingin kamu yang belikan untukku.

Aku tidak butuh benda sekalipun itu tanda pengikat kita.

Sesungguhnya..

Yang aku butuhkan itu kamu.

Disampingku.

Saling menggenggam tangan.

Saling memeluk.

Saling merangkul.

Saling meneriakkan semangat.

Di tengah semua “kegilaan’ ini.

Sesungguhnya cuma kamu yang aku mau.

Ya, hanya kamu..

Image

Surat Di Akhir Tahun

Untuk Kakakku Tercinta Sulung Pujisusanto

Assalamualaikum Mas! How u doin’ up there? Is it preety good? I hope so 🙂

image

Udah akhir tahun lagi ya mas. Dan 2 Desember lalu adalah Ulang Tahunmu. Kira-kira kalau kamu di sini, kita mau ngerayain pake apa? Palingan mama ngajakin ke Bogor atau ke Bandung, mas.

Mas, di sana ada bunga matahari gak? Kayak yang di rumah. Itu yg tanem aku loh! Hehehe. Keren kan tu bunga?! Mawarnya mama juga keren sih. Tp kyanya musim hujan agak jarang ada bunganya deh.

Paling suka deh ya kalo lagi di rumah trus ke taman balkon kita. Ngeliatin hujan, ngeliatin bunga mawar, matahari, anggrek ungu, melati. Trus sok-sokan panen cabe. Hahaha.. belagu ye pohon cabe cuma sebiji aja bahasanya panen :p

Well.. I have to be grateful for so many things this years. Terutama untuk segala kekuatan dan tenaga yang kadang aku nggak tahu datangnya dari mana. Kekuatan dan tenaga buat menghadapi semua. Aku tahu kamu juga pasti ikutan jagain aku, kan?! 🙂

Tahun ini aku belajar lebih banyak hal lagi, mas. Cobaan itu, kebohongan itu, tentang Abi, mereka yang memutuskan untuk pergi meski sekarang mereka ada di sini lagi, itu semua masuk jadi hal-hal terbesar yang “menampar”ku untuk mau melihat berbagai hal yang selama ini mungkin sengaja nggak aku lihat.

Aku belajar banyak tentang manusia dan pengharapan. Aku mulai benar-benar mengerti how to have low expectation while still having the high standart. Emang bener ya mas.. kadang kita terlalu sibuk meraih tujuan sampai lupa untuk menikmati prosesnya..

Sometimes I feel so.. unbelievable can make it ’till this far.. 🙂 I feel like… … … speechless… 🙂

By the way, Mas Sulung.. kalau ketemu Abi entah dimana di atas sana, bolehkan titip salam?! Bantuin Abi pulang, mas.. Bisa nggak? :’) Banyak banget orang di sini nunggu Abimanyu bangun loh mas. Termasuk aku.. 🙂

Ummm.. I’m trying my best, mas. For every single thing that I have. Yes I push my self to the limit. But there are times when my best shot not good enough for them. Reality bites, rite?! Kayak di lagu Fix You nya Coldplay tuh mas.

‘When you try your best but you don’t succeed. When you get what you want but not what you need.’

Aku nggak mau bohong (nggak bisa bohong juga) kalo kadang aku capek. Kadang aku ingin berhenti aja. Ingin melepaskan semua.

Tapi begitu aku melihat satu-satu setiap wajah yang aku sayang, ada kekuatan datang lagi. Apalagi kalau denger mereka bilang mereka sayang aku.. Ahhhh.. salah satu sumber kekuatanku berasal dari situ.. 🙂

Well, dan salah satu berkah tahun ini adalah Allah bikin ak bisa mengunjungi beberapa tempat untuk “bermain-main”.

Bahkan aku bisa datang ke Palembang buat yang kedua kalinya. Membuat orang-orang di sana bilang, “Tuh kan mba esti bener kan dateng kesini lagi. Minum air sungai Musi sih..” Pertanyaannya adalah.. kapan aku minum tuh air sungai ya mas?? apa jangan-jangan ada yang diem-diem ganti minuman aku pake air sungai Musi??? Ngapain juga begitu?? Emang di sinetron??!?

But anyhow, aku balik lagi kesana aja gitu loh. Terus bisa naik perahu di sungai Musi. Ke Pulau Kamaro yang Pagodanya warna merah cantik itu.

Tahun selanjutnya masih ada banyak tempat yang aku sasar buat aku datengin nih mas. Ssttt.. tolong bantuin bikin papa gak cerewet tentang itu yah.. :p

Oh ya, dan tahun ini juga genap setahun aku jadi kontributor di Andaka. Haha. Semoga anak-anak di daerah itu bisa dapetin sesuatu ya mas dari tulisan-tulisan aku.. 🙂 Susah ternyata bikin tulisan buat anak-anak.. harus berpikir dengan cara pikir atau cara pandang mereka.. Tapiiii aku nggak akan nyerah.

Nulis di Andaka adalah salah satu hal yang aku syukuri di tahun ini karena keinginan aku buat bisa berbuat sesuatu buat bangsa ini dikabulkan sama Allah. Nulis buat anak-anak yang nggak tinggal di ibukota. Supaya mereka bisa tahu banyak hal juga. Kemudian di masa depan bisa jadi orang yang nggak cuma protas protes aja sama negaranya, tapi bisa berbuat sesuatu juga.

Hmmm.. ada begitu banyak hal yang mau aku obrolin ke kamu, mas.

Hey… do I make you proud? for having me as your little sister.. Or you dissapointed with me??

Humm.. I want and I need to go to one place nih mas dalam waktu dekat.. Mudah-mudahan Allah belum bosen ngasih keajaiban-keajaibannya lagi buat aku ya mas 🙂 Amin!

Ok, I gotta go. I’ll catch you up later on, brother. In my pray 😉

Dengan banyak rindu
Really a lot..

-Your little sister down here on earth-

(Vian)

Pada Saat Lemahnya

Pada Saat-Saat lemahnya, Kadang Manusia Hanya Ingin Dipertahankan Oleh Orang Yang Ia Sayang dan Butuhkan. Diperlakukan Seimbang.

Pada Saat Lemahnya. Kadang Manusia Hanya Ingin Dipertahankan. Ketika Mulut Mengeluarkan Ya, Padahal Hati Bilang Jangan. Ia Hanya Berharap Orang Tersayang Yang Dibutuhkan Bersikeras Bilang Jangan. Tak Terabaikan. Terhindar Dari Sendirian.

WE CAN DO BETTER, PEOPLE!

Denger-denger ada yang bilang kalau musim hujan mencapai puncak (ke-ekstrim-an)nya pertengahan November. Musim hujannya sendiri akan berlangsung sampai (ada yang bilang) Desember atau (ada yang bilang juga) Februari. Sedia payung sebelum hujan, ah itu mah biasa. Sekarang, sedia strategi sebelum banjir. Siapkan mental sebelum macet dan stuck di jalan ;D

Siapa sih yang suka macet? Apalagi sampai susah pulang. Nggak ada. Siapa sih yang seneng banjir datang? Kamu nggak suka. Saya juga. Lalu? Kesel? Marah? Sebel? Menyalahkan pemerintah? Boleh. Tapi jangan berhenti sampai situ dan mengulang hal itu-itu aja. Koreksi diri jangan lupa 😉

Merasa udah bayar pajak jadi berhak marah (nggak terarah) sama pemerintah? Jangan sombong ah. Bayar pajak tapi masih buang sampah sembarangan, ya percuma. Pembayar pajak juga masih banyak yang nggak mau naik angkutan umum. Maunya naik kendaraan pribadi. Bahkan banyak keluarga yang memiliki kendaraan pribadi lebih dari satu dan dipakai dalam waktu yang bersamaan. Nggak mau naik angkutan umum karena nggak nyaman? Nggak asik karena mesti naik turun? Oke deh.

Akibatnya jumlah kendaraan di Jakarta mencapai 6,7 juta unit, dengan pertumbuhan 1.172 unit per hari. Bandingkan dengan panjang jalan yang 7.650 kilometer, dan dengan pertumbuhan panjang jalan yang hanya 0,01 persen per tahun (tempo interaktif).

Belum lagi yang hobi bangun gedung-gedung di atas lahan yang seharusnya bisa jadi lahan hijau. Mereka juga bayar pajak loh. Membayar pajak itu konsekwensi mau tinggal di Jakarta. Kalau nggak bayar pajak, boro-boro macet, jalanan tol kayak sekarang aja mungkin kita nggak punya.

We can do better, people.

Bike to work bisa dicoba. Ikutan Gerakan Nebeng Nasional juga boleh. Kalau ada 4 orang tetanggaan, punya mobil semua, terus daerah beraktivitasnya searah, kenapa nggak gantian bawa mobilnya. Jadi 1 orang bawa mobil, sisanya nebeng.

Cape goes sepeda? Males ngurusin nebeng-nebengan? Tetep mau naik mobil pribadi? Atau masih tetep buang sampah sembarangan? Nggak bisa berbuat apa-apa ngeliat gedung-gedung baru ngambil lahan hijau? Ya udah, nggak usah kebanyakan nyalahin pemerintah. Cari celah, nikmati sajalah. Kalau perlu (dan bisa) malah bantu cari solusi dari permasalahan. Sampaikan kepada pihak yang benar dan berkaitan. Itu baru namanya kritik untuk pembangunan supaya bisa lebih baik di masa depan.

Kita nyanyi yuk. #Siapa suruh datang Jakarta//Siapa suruh datang Jakarta//Sendiri susah sendiri rasa//edoe…. sayang….#

Kalau Jakarta lagi “nggak ramah”, terus kita cuma bisa (selalu) marah-marah, lupa ya kalau cari uangnya juga di Jakarta?? Merasa rugi udah bayar pajak? Oke deh, kalau gitu pindah aja dari Jakarta dan cari tempat yang nggak usah bayar pajak 😉

Selagi masih ingin tinggal di Jakarta, bantu Jakarta semampu kita. Dimulai dari diri sendiri, dari hal yang “kecil”.

We Can Do Better, People.


Keluar dari Jakarta.

Negara kita dirundung duka. Bencana alam mulai dari Wasior, Tsunami di Mentawai, dan Merapi yang meletus di Yogyakarta. Kemana ormas-ormas yang (suka) mengatasnamakan agama dan menginginkan jihad?? Kemana orang-orang dan mahasiswa yang selalu bersemangat demo di jalanan??

Kenapa ormas-ormas itu nggak meramai-ramai datang ke TKP bencana? Atau berbondong bantu kumpulkan bantuan? Para pendemo harusnya bisa “berdemo” menyerukan cara bagaimana bisa membantu yang sedang membutuhkan. Mengingatkan masyarakat lainnya untuk tidak hanya berdiam.

We Can Do Better, People.

Bukan waktunya terlalu sibuk menuding pemerintah, bukan saatnya menjelekkan Presiden. Ada yang bilang ini tanda akhir jaman. Udah? Gitu aja? So what?? Terus kenapa??

Kita masih hidup di dunia. Nggak usah kebanyakan mengkambing hitamkan akhir jaman atau semacamnya. Tahu nggak, bencana ada sebagai tanda untuk berkaca serta ladang amal buat manusia.

We Can Do Better, People.

Kalau kamu bisa nonton David Foster, bisa makan di mall, malu lah kalau nggak menyisihkan buat membantu mereka yang kesulitan?!

Setiap hari rata-rata makan siang kamu 15.000? Pasti bisa dong menyisihkan 5000 setiap hari dalam hitungan seminggu buat makan mereka yg lagi butuh bahan makanan?!

Buat yang masih sekolah atau kuliah, bisa “patungan” sama temen-temen kumpulin sumbangan buat bencana alam.

We Can Do Better, People.

Nggak usah selalu uang. Periksa lemari di kamar. Cari pakaian yang bisa disumbangkan.

Punya uang pas-pas-an, baju udah banyak yang dikasih ke orang. Bantu doa tulus dari hati yang paling dalam kalau bisa nggak usah punya keinginan memperlihatkan ke orang-orang.

Media sosial manfaatkan secara maksimal. Berbagi informasi bencana. Berbagi cara untuk berbagi. Kalau kata adik saya, sekecil apapun hal yang kamu bagi mungkin saja berpengaruh banyak buat orang lain. Meskipun itu hanya sebuah status fb atau timeline twitter.

We Can Do Better, People.

Bank BCA, KCU Thamrin Jakarta, Nomor Rekening 206.300668.8, atas nama Kantor Pusat PMI. Bank Mandiri, KCP JKT Krakatau Steel, Nomor Rekening: 070-00-0011601-7, atas nama Palang Merah Indonesia.  BRI, KC Pancoran, Jakarta, Nomor Rekening: 0390-01-000030-30-3, atas nama Palang Merah Indonesia.

Eits, jangan langsung transfer. Cek dulu secara langsung di website PMI, sekalian cari tahu info lebih lanjut 😉

Atau kamu tinggal googling tempat lain yang juga menyalurkan bantuan.

Indonesia punya kita (semua). Bukan cuma Presiden dan Pemerintah saja yang harus berusaha. Kita juga! Pray for Indonesia, Act For Indonesia. Lakukan yang lebih nyata.

Come on! WE CAN DO BETTER, PEOPLE!


*gambar diambil dari www.holdyourpeace.net

Perubahan Nggak Pernah Berubah

Kehidupan memang nggak pernah berhenti berputar. Siang dan malam terus datang bergantian. Perubahan tak terelakan, sekalipun dalam diam.

Berbagai perubahan juga hadir dalam diri saya. Perubahan yang kadang tak saya beberkan asal muasalnya, sebab musababnya, namun yang terpenting harus tahu apa konsekwensinya. Hey, kamu bisa menanyakannya langsung pada saya dan kita akan berdiskusi tentang perubahan yang terlihat entah pada saya, kamu atau dunia kita.

Ada orang-orang yang tetap berada di sisi, mencoba mengerti ketika perubahan tercipta. Adapula yang mencerca dan mempertanyakan. Adapula yang menjauh walau kejujuran atas sikap berubah sudah dikatakan secara terbuka. Kadang cerca dan berbagai tanya menjadi tanda kerinduan juga kasih sayang meskipun pahit rasanya.

Saya juga suka bertanya bila melihat perubahan. Mengapa berubah? Yang diawal begitu manis, sekarang seolah jadi biasa saja, malah suatu waktu cenderung hambar. Dulu bisa sabar, sekarang sabar hanya seperti kenangan. Yang waktu itu tenang, sekarang bisa terasa (sangat) menyakitkan.

Kemudian yang dulu tersampaikan, sekarang tersimpan. Apakah saya pernah mengatakan kalau ada waktunya saya bisa ”membaca pikiran”?? Itu melelahkan. Mengetahui kebohongan itu melelahkan. Kebohongan kata, kebohongan sikap, kebohongan perilaku. Lalu saya? Kadang saya hanya akan mengikuti kebohongan yang ada. Berpura-pura tidak tahu padahal tahu, berpura-pura tidak mengerti padahal sudah mengerti. Saya juga bisa menyimpan kata yang sebenarnya kepada siapapun juga, kecuali… tak ada kecualinya, apalagi pada orang yang mulai melakukan lebih dulu dari saya. Apakah itu ancaman atau bentuk kemarahan? Tidak. Saya lebih suka menyebutnya sebagai perubahan.

Sampai di situ kemudian selesai. Perubahan akan tetap menjadi perubahan.

Perubahan bisa membuat kita lebih mengerti. Sejauh mana sayang, seluas apa cinta, sedalam apa mengerti. Atau mungkin kita yang belum mau mengakui??

Dalam hitungan singkat perubahan bisa terjadi. Selalu ada latar, walaupun kadang latar sulit dijelaskan. Hanya sulit, bukan berarti tidak ada. Kadang latar masuk akal. Kadang seperti tidak masuk akal tapi perasaan terkuatkan. Hey, perasaan bukan hitung-hitungan dengan angka menjadi tanda kepastian. Seperti ketulusan, yang hanya bisa dijabarkan dengan dirasakan bukan dengan tulisan berlembar-lembar.

Menghadapi perubahan ada kemarahan, ketakutan, kegundahan, kebimbangan, tapi jangan lupakan akan ada juga harapan atau titik awal pembaruan.


Masing-masing punya cara sendiri dan berhak punya cara sendiri untuk menghadapi perubahan. Orang terkasih juga memiliki hak untuk mengingatkan jika kita terus menerus menghadapi dengan cara yang tidak wajar, sekaligus tidak sehat untuk badan.

Saya masih berusaha terus belajar mengerti apa itu perubahan. Mudah-mudahan perubahan juga mau terus belajar mengerti tentang saya.

Sampailah pada titik ini. Pada titik ini saya berubah lebih tua yang kata orang-orang sih seharusnya juga bisa jadi lebih dewasa. Saya sadar satu hal yang pasti harus tetap saya lakukan adalah bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan dan semua yang telah Ia ciptakan, termasuk perubahan-perubahan.

25 Oktober 2010

 

*gambar diambil dari www.matematikacerdas.wordpress.com

Dia Sahabat Saya

This post dedicated to my best friend, Hilda Olifia, on her birthday, today, October, 14th 2010.


Saya dan Nda sudah bersahabat sejak kami kuliah. Belajar di kampus yang sama menjadi salah satu yang menyatukan kami. Saya tahu, menjadi sahabat saya bukan hal yang mudah, dan sampai detik ini Nda telah membuat saya banyak belajar apa itu sahabat yang sebenar-benarnya. Belakangan ini, saya lebih senang memanggilnya Teteh (Ya, Nda lahir dari mama yang Jawa Barat dan Papanya dari Lampung).

Dimata saya, Nda adalah seseorang yang sabar (terutama dalam menghadapi saya). Ia nggak pernah lelah menelfon saya lebih dulu walaupun saya kadang lebih sering tidak dapat menjawab telefonnya dikarenakan berbagai hal. Tidak jarang Nda menelefon hanya sekedar untuk mengetahui kabar saya atau hanya ngobrol ngalor ngidul nggak karuan. Nda bukan hanya “memperhatikan” saya, namun juga orang-orang yang saya sayangi.

Saya dan Nda memiliki satu “ritual” special. Hot Chocolate Ritual. Ritual yang nggak sengaja hadir dalam persahabatan kami. Berawal dari kesadaran bahwa kami sama-sama menyukai hot chocolate Dunkin Donut. Kemudian tanpa disadari, kami jadi suka bertemu di tempat itu untuk ngobrol atau mendiskusikan berbagai hal.


Kami bisa berjam-jam menghabiskan waktu bila sudah bertemu dalam “ritual” itu. Apa saja bisa kami obrolkan secara serius namun tetap santai. Mengenai Indonesia, mengenai kehidupan pribadi, politik dalam negeri, tempat jalan-jalan sampai berita paling hangat dari artis-artis ibu kota.. hahahahaha..

Dari sedikit orang, Nda adalah salah satunya yang dapat menenangkan saya ketika dunia sekitar saya rasakan sedang membuat emosi saya berputar nggak tentu arah. Nda juga memahami beberapa hal yang saya lakukan yang bagi sebagian besar orang dipandang aneh, dipertanyakan, diperherankan. Nda dapat mengerti, bukan hanya dengan logika namun dipadukan juga dengan hati.

“Elu tuh ngenal gw sekaligus sama jatoh bangunnya gw. Gw dalam keadaan apa juga loe pernah ada di situ.” Begitu Nda pernah berujar padaku.

Hmm… saya juga merasakan hal yang sama. Bisa dibilang, Nda hampir selalu ada dalam berbagai bagian krusial, penting (bahkan emergency) dalam hidup saya. Saya percaya, Nda tulus melakukan semua yang ia lakukan pada persahabatan kami. Persahabatan yang bukan hanya berdiri di atas hal-hal manis, namun juga pahit dan miris.. Tak ketinggalan berbagai kebodohan serta kekonyolan pernah kami alami bersama.. hehehehe..


Dari berbagai kesamaan yang kami miliki, tentu ada pula banyak perbedaan. Perbedaan karakter sedikit banyak pasti ada diantara kami. Sampai saat ini, yang membuat persahabatan kami masih ada adalah keinginan untuk tetap berusaha saling mengerti. Contoh kecilnya, |jika saya sedang marah, Nda mengerti bagaimana cara menghadapi kemarahan saya.

Pernah pada suatu waktu saya merasa Nda terlalu asik dengan pacarnya sehingga waktu untuk persahabatan kami terasa terbataskan, tidak seperti biasanya. Mungkin Nda juga pernah merasakan hal yang sama. Berkomunikasi dan berusaha saling mengerti adalah pemecahannya.

Nda adalah seseorang yang sudah menemukan apa passionnya. Ia tahu apa yang ingin ia lakukan, serta bagaimana membuktikan pada semua orang bahwa apa yang ia lakukan tidak akan menjadi kesia-siaan dan menjadi suatu yang positif bila dipercaya akan menjadi positif.

“Udah Ti, jangan jadi mikir yang macem-macem..  Pikir yang positif.”

Kalimat seperti itu ketika meluncur dari mulut Nda, entah bagaimana selalu bisa lebih menenangkan saya.

Persahabatan kami melalui prosesnya, kemudian mendapatkan chemistrynya.

Persahabatan ini bukan hanya “persahabatan” semata. Persahabatan ini dilingkupi rasa saling sayang diantara kami yang tidak perlu diragukan lagi. Bagaimanapun cueknya saya, bagaimanapun bandelnya saya, deep down inside, saya (sebagai manusia) tahu, saya tidak ingin kehilangan sahabat saya, Hilda Olifia.

Darl.. apakah kamu sadar? Ternyata sudah sejauh ini kamu, kita berhasil melangkah… Diantara banyak kegilaan yang aku tahu juga hampir dan bisa saja sewaktu-waktu membuat kita juga gila… Persahabatan ini membuatku banyak sekali belajar… Somehow, persahabatan ini menguatkanku..

Terima kasih untuk semuanya.. 🙂


Happy Birthday, Darl..

Selamat Ulang Tahun, Nda..

Selamat Hari Lahir, teh..

Tetaplah melangkah.. 😉

People come and go. Nda is not people. She is my very best friend.

*Foto: Dok pribadi; Gambar dari www.alsforums.com